Oleh : Yane Tupu, S.Pd
(Guru bidang studi seni budaya)

Jika seseorang bertanya kepadamu:
Mengapa engkau mengasihi temanmu?
Mengapa engkau mengasihi pasanganmu?
Kemungkinan jawaban yang paling banyak akan muncul adalah karena dia baik, cantik, tampan, memiliki selera humor, nyambung saat diajak bercerita, hebat dalam bermain musik, seorang dancer, dan lain sebagainya

Bagaimana jika setelah berjalannya waktu, teman atau pasangan kita berhenti menjadi semuanya itu?.
Apakah kita akan tetap mengasihi mereka? Berdasarkan jawaban-jawaban sebelumnya, satu jawaban yang paling masuk akal adalah “TIDAK” . Kita bisa melihat realita yang terjadi, banyak sahabat  menjadi musuh, banyak pasangan yang memilih putus atau bercerai. Alasannya cuma satu, karena teman atau pasangannya sudah tidak menjadi seperti yang diharapkan.
Namun cara agar kasih dapat bertahan seumur hidup adalah jika kasih itu unconditional atau tak bersayarat. Kebenarannya adalah kasih yang bertahan tidak ditentukan oleh orang yang dikasihi, melainkan ditentukan oleh orang yang MEMILIH untuk mengasihi.

Tuhan mengasihi kita bukan karena kita layak dikasihi, tetapi karena Ia penuh Kasih. Jika Ia menghendaki kita untuk membuktikan bahwah diri kita patut dikasihi, kita akan gagal dengan menyedihkan.
Kasih-Nya adalah sebuah pilihan yang adalah oleh kehendak-Nya sendiri. Maka kitapun harus belajar dari-Nya dengan terus MEMILIH mengasihi meskipun sampai merasakan sakit karena mengasihi. Kasih adalah sesuatu yang kita terima dengan cuma-cuma, maka kitapun wajib mengasihi sesama kita separti Kasih-Nya yaitu Unconditional Love. 
Jika dunia mengasihi, Karena………atau Jika……, maka kita anak Tuhan harus mengasihi, bahkan jika……
Semangat Berproses menerapkan Unconditional Love dalam kehidupan kita sehari – hari.
Tuhan memberkati.