Citra guru masa kini adalah protret bangsa masa depan. Pernyataan tersebut, walaupun ekstrim namun tidaklah terlalu keliru. Guru menentukan masa depan bangsa kita. Di tangan gurulah masa depan bangsa ini dipertaruhkan. Sementara itu upaya peningkatan kualitas pendidikan dewasa ini mengalami beberapa kendala yang sampai saat ini sepertinya belum tuntas pemecahannya. Masih ditemui angka putus sekolah yang relatif tinggi, calon guru yang peminatnya cukup banyak akan tetapi bukan calon unggulan, dan kualifikasi sebagian guru yang belum memenuhi kualifikasi.

Sebenarnya upaya peningkatan kualitas pendidikan dari tahun ke tahun selalu menjadi program pemerintah. Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh penyempurnaan integral dari seluruh komponen pendidikan seperti kualitas guru, penyebaran guru yang merata, kurikulum yang selalu disempurnakan setiap saat, sarana dan prasarana yang memadai, suasana pembelajaran yang kondusif, dan kualitas guru yang meningkat, serta didukung oleh kebijakan pemerintah.

Hal ini pun juga yang di rasakan di Indonesia Timur, khususnya di Nusa Tenggara Timur, Kualitas guru yang dimiliki NTT dinilai masih sangat rendah. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Yohana Lisapaly mengatakan kompetensi guru di provinsi NTT masih rendah yang berdampak pada rendahnya mutu pendidikan yang masih berada di bawah rata-rata nasional. Berdasarkan evaluasi dari pemerintah pusat untuk NTT terkait uji kompetensi guru terbilang rendah dan masih di bawah rata-rata nasional sehingga mutu di NTT masih jauh dari harapan.

Menjadi guru yang berkualitas bukanlah pekerjaan yang gampang seperti yang dibayangkan setiap orang, guru profesional harus mempunyai keahlian, keterampilan, dan kemauan, sebagaimana filosofis Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani, Ing Karso Tulodo, Ing Madya Mangun Karso”. Artinya, tidaklah cukup dengan menguasai materi pelajaran akan tetapi mengayomi murid, menjadi contoh teladan bagi murid serta mendorong murid untuk lebih baik dan maju.