“Apapun yang kamu lakukan, lakukan dengan sepenuh hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”. Pernyataan ini menasihati kita untuk melakukan sesuatu dengan sepenuh hati dalam pekerjaan, pelayanan, studi, keluarga, doa, pembelajaran dan sebagainya. Di tempat kerja kita sehari-hari, ada banyak masalah yang kita temukan, seperti gaji, deskripsi pekerjaan yang tidak jelas, dan mungkin siswa yang nakal. Akibatnya, kita akan melakukan segala sesuatu dengan enggan. Demikian pula yang terjadi pada saya sebagai guru Pandhega Jaya, karena saya harus memastikan bahwa saya telah memberikan yang terbaik untuk murid-murid saya dan mencari solusi terbaik untuk menghadapi mereka.

Mengajar adalah pekerjaan penuh semangat dan bertalenta yang tidak bisa dilakukan oleh semua orang, bahkan sekalipun mereka adalah orang yang pintar. Menjadi seorang guru bukan hanya tentang bagaimana kita dapat menyampaikan pengetahuan, tetapi kita harus mengubah setiap pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan nyata untuk dikenali dan dipahami oleh pembelajar dengan mudah. Beragamnya karakter yang ditampilkan di sekolah terkadang mempengaruhi guru untuk melayani atau mengajar dengan asal-asalan. Selanjutnya kegiatan belajar di sekolah tidak akan diarahkan ke jalan yang benar, juga tidak dilakukan untuk mencerdaskan generasi. Gaji akan menjadi target utama tanpa adanya pertimbangan dalam melakukan sesuatu dengan motivasi yang benar.

Mari kita memperbaiki diri kita masing-masing, apakah kita sudah melayani Tuhan dan sesama kita dengan sepenuh hati? saat mengajar atau sedang memimpin apakah kita melakukannya dengan sepenuh hati? Jangan pernah merasa bahwa pelayanan yang kita lakukan selama ini lebih dari cukup, atau bahwa kita sudah cukup rajin dan setia melakukan yang terbaik.

Kesungguhan hati kita dalam melakukan sesuatu tidak akan menjadi sia-sia. Lakukanlah segala sesuatu dengan cinta yang besar atau  tidak sama sekali!

Oleh : Herman Y. Tafui, S.Pd. (Guru bidang studi Fisika dan bimbingan Toefl)