Yefry Kuafeu, S.Pd., M.Sc.
(Guru bidang studi Geografi)

Transformasi pendidikan karakter abad 21 era modern menjadi paradigma baru dalam menyongsong generasi emas 100 tahun bangsa Indonesia. Inovasi ini adalah tantangan sekaligus harapan bagi generasi muda untuk menjadi agent of change pada tahun 2045. Generasi muda dipandang sebagai motor penggerak pelaku perubahan pembentuk karakter. Filosofi pendidikan yang diprakarsai sang tokoh kepahlawanan, Ki Hadjar Dewantara selayaknya sudah melandasi bahwa siswa memiliki kodrat yang berbeda yang patut dituntun dan dibimbing untuk menemukan  potensi yang dimilikinya.

Ilmu pengetahuan dipelajari dan dipahami, tetapi karakter dibentuk. Hal ini seharusnya sudah menjadi falsafah seorang guru profesional dengan sepenggal kata “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”. Seorang guru tak hanya sebatas mendidik siswa ataupun mengajar siswa tapi sepantasnya adalah melayani dengan sepenuh hati, menyentuh mereka sebagai bapak dan anak bukan guru dan murid serta mampu memposisikan diri menjadi bagian dari keluarga terdekat mereka, sehingga visi guru adalah pelaku perubahan dan pendidik karakter.

Dalam menyiapkan generasi emas di tahun 2045, maka titah guru sebagai seorang pemimpin harus dilandasi dengan lima keteladanan, yaitu guru harus memberi contoh bukan hanya dengan pengalaman membagi ilmu tapi dengan memberi diri, seorang guru harus menginspirasikan visi bersama yang tak sebatas mengukir kata-kata indah tapi menuntun kaum terdidik menemukan visi yang besar yang merupakan kerinduan terbesar mereka dalam pedoman hidup, seorang guru menantang proses dengan terus membekali ilmu bertahap demi tahap karena guru menghargai proses bukan menilai hasil, guru sudah seharusnya memampukan orang lain untuk bertindak demi perubahan yang lebih baik, dan terakhir seorang guru harus membangkitkan semangat, mengabdi dan memberi diri sehingga yang didapati tak hanya ungkapan kata tapi kerinduan hati.